Showing posts with label Islam Stuff. Show all posts
Showing posts with label Islam Stuff. Show all posts

Meneladani Rasulullah - Mencintai Umat Hingga Detik Terakhir

Tiba-tiba dari luar pintu terdengar seseorang berseru mengucapkan salam.
"Bolehkah saya masuk?" tanyanya.
Tapi Fatimah tidak mengizinkannya masuk,"Maaf, ayahku sedang demam," kata Fatimah yang membalikkan badan dan menutup pintu.

Kemudian ia kembali menemani Ayahnya yang ternyata sudah membuka mata dan bertanya pada Fatimah,
"Siapakah itu, wahai anakku?"
"Tak tahulah Ayahku, orang sepertinya baru sekali ini aku melihatnya," tutur Fatimah lembut.

Lalu Rasulullah menatap putrinya itu dengan pandangan yang menggetarkan. Seolah-olah bagian demi bagian wajah anaknya itu hendak dikenang.

"Ketahuilah, dialah yang menghapuskan kenikmatan sementara, dialah yang memisahkan pertemuan di dunia. Dialah malaikatul maut," kata Rasulullah.

Fatimah pun menahan ledakkan tangisnya. Malaikat maut datang menghampiri, tapi Rasulullah menanyakan kenapa Jibril tidak ikut menyertainya.

Kemudian dipanggilah Jibril yang sebelumnya sudah bersiap di atas langit dunia menyambut ruh kekasih Allah dan penghulu dunia ini. "Jibril, jelaskan apa hakku nanti di hadapan Allah?" tanya Rasulullah dengan suara yang amat lemah. "Pintu-pintu langit telah terbuka, para malaikat telah menanti ruhmu. Semua surga terbuka lebar menanti kedatanganmu," kata Jibril. Tapi itu ternyata tidak membuat Rasulullah lega. Matanya masih penuh kecemasan.

"Engkau tidak senang mendengar kabar ini?" tanya Jibril lagi.
"Kabarkan kepadaku bagaimana nasib umatku kelak?"
"Jangan khawatir, wahai Rasul Allah, aku pernah mendengar Allah berfirman kepadaku: 'Kuharamkan surga bagi siapa saja, kecuali umat Muhammad telah berada di dalamnya," kata Jibril.

Detik-detik semakin dekat, saatnya Izrail melakukan tugas. Perlahan ruh Rasulullah ditarik. Nampak seluruh tubuh Rasulullah bersimbah peluh, urat-urat lehernya menegang. "Jibril, betapa sakitnya sakaratul maut ini."

Perlahan Rasululah mengaduh. Fatimah terpejam, Ali yang di sampingnya menunduk semakin dalam dan Jibril memalingkan muka.

"Jijikkah kau melihatku, hingga kau palingkan wajahmu, wahai Jibril?" tanya Rasulullah kepada malaikat pengantar wahyu itu.

"Siapakah yang sanggup, melihat kekasih Allah direnggut ajal," kata Jibril. Sebentar kemudian terdengar Rasulullah mengaduh, karena sakit yang tidak tertahankan lagi.

"Ya Allah, dahsyat nian maut ini, timpakan saja semua siksa maut ini kepadaku, jangan pada umatku."

Badan Rasulullah mulai dingin,kaki dan dadanya sudah tidak bergerak lagi. Bibirnya bergetar seakan hendak membisikkan sesuatu, Ali segera mendekatkan telinganya. "Uushhiikum bis shalati, wa maa malakat aimanakum -- peliharalah shalat dan peliharalah orang-orang lemah di antaramu."

Di luar pintu, tangis mulai terdengar bersahutan, sahabat saling berpelukan. Fatimah menutupkan tangan di wajahnya, dan Ali kembali mendekatkan telinganya ke bibir Rasulullah yang mulai kebiruan.
"Ummatii, ummatti, ummatti..." -- "Umatku, umatku, umatku..."

Dan, berakhirlah hidup manusia mulia yang memberi sinaran itu. Kini, mampukah kita mencintai beliau sebagaimana beliau mencintai kita? Allahumma sholli 'ala Muhammad wa baarik alaihi wa sallim 'alaihi. Betapa cintanya Rasulullah kepada kita...

Cukupkah hanya dengan shalawat kepada beliau, kita sudah dipastikan mencintai beliau? Cukupkah dengan bershalawat saja, lalu kita tidak perlu lagi memperhatikan dan mengamalkan sunnah-sunnah beliau?

Cukupkah dengan shalawat saja, lalu kita tak perlu lagi mengikuti jejak panjang perjalanan dakwah beliau? Bahkan ketika hidayah yang diperjuangkannya sudah sampai kepada kita?

Cukupkah dengan bershalawat saja, lalu kita tidak perlu lagi untuk tekun mendalami ajaran-ajaran beliau? Bahkan taklim-taklim gratis di masjid-masjid cukup diwakili oleh beberapa orang saja? Dan kita mengaku sangat mencintai beliau? Pantaskah?

Benar, bershalawat adalah salah satu cara mencintai Rasulullah tapi itu bukan segala-galanya. Shalawat hanyalah bagian dari sekian bukti cinta kita kepada beliau.

Kenapa demikian? Pantaskah Rasulullah SAW yang begitu agung dan menjelang detik-detik ajalnya sempat menyebut umatnya, hanya diberi hadiah shalawat? Tentu tidak...

Keagungan beliau tidak cukup dicintai hanya dengan shalawat, tapi bagaimana kita mengaplikasikan 'jiwa Rasulullah' dalam kehidupan kita sehari-hari. Karena Rasulullah adalah suri teladan bagi kita semua khususnya umat Muslim.

Semoga kita bisa bersama beliau di surga kelak karena beliau sendiri yang menjamin bahwa "seseorang (di akhirat) akan bersama orang yang dicintainya". Amin

    

Islam Adalah Rahmat Alam Semesta

Islam Rahmat Alam Semesta
Oleh Syeikh Dr. Muhammad Musa Nashr, Al Hafidz
(Dosen Universitas Amman Al Ahliyah, Al Baany Jordan)

Sungguh sebaik-baiknya pembicaraaan adalah firman Allah, dan sebaik-baiknya petunjuk adalah yang diberikan Rasulullah SAW. Seburuk-buruknya perkara adalah mengada-adakan sesuatu yang baru dalam ajaran agama, dan sesuatu yang baru yang tidak diajarkan syariat agama adalah bid'ah, dan setiap bid'ah adalah kesesatan. Dan kesesatan itu tempatnya di neraka.

Sungguh Allah telah mengutus Rasululah Muhammad SAW dengan haq, sebagai Rasul pemberi petunjuk ke jalan yang benar, mengajak untuk menegakkan kebenaran dan keadilan, serta toleransi. Menunjukkan manusia kepada kebenaran, dan memperingatkannya kepada jalan kesesatan dan keburukan. Yang hal itu sesuai dengan firman Allah dalam surat at-Taubah:
‘Sungguh telah datang kepadamu seorang Rasul dari kaummu sendiri, berat terasa olehnya penderitaanmu, sangat menginginkan (keimanan dan keselamatan) bagimu, amat belas kasihan lagi penyayang terhadap orang-orang mukmin’.

Dari sekian banyak dakwah Rasulullah dalam syariatnya, bahkan ajaran yang paling asasi (dasar) adalah menegakkan keadilan dan kebenaran, mencegah berbuat kedzaliman, memerintahkan menyebarkan rahmat (kedamaian), dan melarang pembunuhan dan pertumpahan darah. Inilah esensi ajaran Islam dan inilah spirit dakwah yang diajarkan Rasulullah SAW. Beliau adalah rahmat yang dihadiahkan oleh Allah kepada umat manusia. Dan tiadalah Kami mengutus kamu, melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi semesta alam. (al-Anbiya': 107). Mengajak kepada kearifan dan toleransi, serta melarang berbuat dzalim. Rasulullah juga memerintahkan segala kebajikan dan melarang segala bentuk kemungkaran. Beliau juga melarang berbuat kerusakan dimuka bumi ini, setelah kebaikan itu nyata-nyata ditegakkan. Allah memperingatkan kepada orang yang berbuat kerusakkan di muka bumi dengan firmanNya yang maknanya:
Dan apabila ia berpaling (dari kamu), ia berjalan di bumi untuk mengadakan kerusakkan padanya, dan merusak tanam-tanaman dan binatang ternak, dan Allah tidak menyukai kebinasaan. Dan apabila dikatakan kepadanya 'Bertaqwalah kepada Allah', bangkitlah kesombongannya yang menyebabkan berbuat dosa. Maka cukuplah (balasannya) neraka Jahanam. Dan sungguh neraka Jahanam itu tempat tinggal yang seburuk-buruknya (al-Baqoroh 205-206)

Tetapi kebanyakan manusia membangkang dengan tetap membuat kerusakkan di muka bumi ini. Dan bila dikatakan kepada mereka: Janganlah kamu membuat kerusakan dimuka bumi, mereka menjawab: “Sesungguhnya kami orang-orang yang mengadakan perbaikan.” (al-Baqoroh : 11)

Nabi Muhammad SAW melarang kita untuk membunuh sesama yang tanpa dibenarkan oleh syariat, bahkan Allah melarang dalam kitab suciNya: walaa taq tulun nafsallatii illa bil haq. Nabi kita bersabda, lenyapnya bumi ini lebih baik, lebih ringan bagi Allah Ta’ala daripada membunuh seorang muslim. Demikian pula Rasulullah SAW ketika berkhutbah di haji wada’ ketika berkumpulnya umat islam dalam jumlah yang sangat besar, beliau menyampaikan bahwa sesama orang Islam adalah haram darah, harta dan kehormatannya. Pengharaman terbesar dalam syariat Islam adalah menyakiti atau mencelakakan diri sendiri dan orang lain. Hal itu adalah menjadi prinsip dasar qaidah Islamiyah; laa dhororo wa laa dhiroor (janganlah mencelakakan diri sendiri dan orang lain). Hadith ini termuat dalam 5 kitab hadith yang masyhur, yang dipakai sebagai prinsip penetapan qaidah hukum Islam.

Islam memerintahkan untuk menebarkan rahmat (perdamaian). Nabi SAW bersabda: arroohimuuna yarhamuhumurrohmaan, irhamuu man fil ardhi, yarhamkum man fis samaa’i.(orang-orang yang selalu menebarkan rahmat akan dicintai oleh Allah SWT. Sayangilah seluruh makhluk bumi, maka kamu akan dicintai dan disayangi oleh seluruh penghuni langit dan bumi). Sungguh rahmat Allah tidak diturunkan kecuali kepada mereka yang selalu menebarkan kasih sayang.

Rahmat agama ini tidak terbatas kepada manusia saja, tetapi ke seluruh alam, sehingga hewan dan tumbuhan juga perlu kita berikan kasih sayang. Rasulullah SAW menceritakan bahwa ada seorang laki-laki yang banyak dosa, di teriknya matahari yang menyengat, lalu dia memberi minum seekor anjing yang kehausan, maka diampuni dosanya oleh Allah SWT. Begitu juga ada seorang wanita pezina di zaman bani Israel, yang memberi minum seekor anjing yang kehausan, maka diampuni dosanya oleh Allah SWT. Dan sebaliknya ada seorang wanita ahli ibadah yang mengurung seekor kucing tanpa diberi makan dan minum, sehingga mati, maka dia dimasukkan ke dalam neraka.

Islam adalah rahmat bagi seluruh alam semesta. Alam yang diciptakan oleh Allah pengelolaannya diserahkan kepada umat manusia. Tetapi Allah melarang mengeksploitasi alam secara berlebihan yang menyebabkan rusaknya ekosistem alam. Islam melarang kita merusak lingkungan, melarang kita memotong pohon, menebang pepohonan dan merusak hutan. Karena fungsinya adalah menjaga ekosistem alam, dan menjaga keseimbangan alam raya. Allah berfirman: Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka sebagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar). (ar-Ruum:41).

Setiap perbuatan yang menyebabkan keharmonisan ekosistem alam, maka Islam pertama kali telah mengajarkan dan mendorong umatnya untuk melestarikannya. Dan setiap perbuatan yang mengakibatkan kerusakan ekosistem alam, Islam juga lebih dahulu melarang umatnya untuk mengerjakannya. Karena semua itu akan menyebabkan timbulnya bencana dan malapetaka. Sebagaiman Islam melarang kita dari berkhianat karena pengkhianatan adalah salah satu sifat yang jelek, dan orang yang berkhianat akan ditegakkan bendera pada dirinya di hari kiamat akan disebutkan nama orang tersebut, dan akan diberi gelar sebagai seorang pengkhianat.

Sebagaiman Islam melarang membunuh sesama kaum muslimin, Islam juga sangat melarang mengganggu rasa aman dari orang yang mengunjungi negara Islam, walaupun yang berkunjung itu adalah orang non muslim, yang tidak menganggu negara umat Islam. Islam juga melarang orang yang membawa pedang lalu pergi ke pasar dengan mengacungkan pedangnya memerintahkan orang pergi ke Masjid. Nabi SAW bersabda: Barang siapa yang membunuh mu’ahidan (orang non muslim yang mengikat janji damai dengan umat Islam) maka dia tidak akan mencium bau surga.

Sebagaiman pula kita melihat fenomena yang ada tentang munculnya kalangan muda dari umat ini yang mereka membuat kerusakan yaitu dengan beralasan membela Islam, tetapi tindakan-tindakan yang mereka lakukan adalah tindaka terorisme yang dilarang oleh Islam, karena Islam adalah agama yang membawa kedamaian. Dan mereka telah melakukan perbuatan yang justru dengan merugikan Islam. Melapangkan jalan bagi orang-orang kafir untuk menguasai negeri-negeri muslim padahal nabi kita telah melarang perbuatan itu dan beliau telah mengatakan bahwa para terorisme itu adalah kilabunnaar (anjing neraka) dan seandainya Rasulullah SAW hidup dan bertemu dengan mereka, beliau akan membunuh mereka, sebagaimana Allah menghancurkan kaum ‘Aad dan Tsamud.

Marilah kita senantiasa berpegang dan bersabar dalam menghadapi musibah yang menimpa kaum muslimin, karena telah terjadi bencana alam di mana-mana termasuk di negeri Indonesia ini, yang tentunya kita harus menghadapinya dengan segala kesabaran dengan doa dan harapan kepada Allah SWT, semoga Allah Azza wajalla menolong kita, menolong saudara-saudara kita.

Salah satu penyebab bencana itu adalah karena terjadi kerusakan di muka bumi ini, terjadi kemaksiatan kemungkaran kemusyrikan perzinahan dan lain sebagainya, serta penganiyaan kepada sesama manusia. Ini diantara penyebab utama dari terjadinya bencana itu. Maka dari itu, mari kita mengikhlaskan tobat kita kepada Allah ta’ala, mari kita kembali kepada Allah SWT dengan sabar menerima takdirnya dan senantiasa berpegang pada tuntunan Allah dan RasulNya Muhammad SAW, menjauhi penyebab yang mendatangkan kemurkaan Allah kepada kita.

Dan marilah kita berdoa untuk pemimpin kaum muslimin terutama di negeri ini semoga Allah SWT memberi taufik hidayah kepada mereka, untuk dapat memimpin dan membawa kaum muslimin kepada yang terbaik. Semoga Allah memberikan kepada mereka penolong-penolong yang baik yang dapat membantu mereka dengan baik dalam melaksanakan tugas-tugas mereka.Amin ya Rabbal Alaminn

Bersihkan Aqidah, Hindari Takhayul

Bersihkan Aqidah, Hindari Takhayul

Oleh: KH Miftahul Akhyar

Marilah kita makin memantabkan diri kita, membulatkan tekad keyakinan kita sekaligus menyempurnakan kualitas keimanan dan ketaqwaan kita kepada Allah SWT. Di saat dunia yang makin menunjukkan panca robanya, sebagai petunjuk makin tuanya dunia. Dan makin mundurnya pemahaman-pemahaman manusia terhadap nilai-nilai agama, jauh dari tatanan-tatanan yang telah dicontohkan oleh Rasulullah SAw. Sehingga mungkarot, khurafat dan tahayyul sepertinya menjadi hiasan kehidupan sehari-sehari kita.

Bukankah Islam datang membawa penjelasan yang terang benderang bagaikan tiada beda antara siang dan malam! Sehingga semua memiliki tanda masing-masing. Semua itu akibat rendahnya pemahaman terhadap agama kita. Rasulullah SAW telah menyatakan Innallooha laa yaqbidhul ilman intizaa'an, wa laakin yaqbidhuhu biqobdhil 'ulamaa'(Allah tidak akan mengangkat dan menghilangkan ilmu yang telah beredar di tengah-tengah umat, tetapi Allah akan menghapus, mencabut ilmu itu dengan dipanggilnya atau diwafatkannya orang yang menguasai ilmu yakni ulama). Tetapi ulama disini adalah ulama yang benar, ulama yang telah mengisi hidupnya dengan perjuangan yang paham akan arti hidup, dan mengerti bahwa kita diciptakan adalah sebagai makhluk proyeksi akhirat. Tetapi kini kita telah memasuki masa yang pada akhirnya tinggal generasi-generasi bobrok, jauh dari pemahaman Islam yang benar.

Sahabat Abdullahbin Abbas memberikan tafsir, bahwa periode yang akan datang pasti nilainya lebih jelek, lebih jeblok dari pada tahun-tahun yang telah lewat. Ini bukan berarti tahun kemarin perekonomian lebih maju. Pertanian dan perkebunan lebih berhasil dan semua penghasilan anak bangsa meningkat. Tidak! Dan tidak pula berarti bahwa para pemimpin tahun kemarin lebih baik dari pada tahun ini. Tetapi yang dimaksud adalah hilangnya generasi-generasi terbaik bangsa, ulama-ulama pilihan, sehingga yang tersisa adalah generasi yang lemah aqidahnya, generasi-generasi yang tidak paham tentang Islam. Generasi-generasi yang hanya mengandalkan kekuatan akalnya semata, sehingga terjadilah pergeseran pergeseran nilai. Hingga yang muncul adalah penyalahgunaan, penyalahpahaman terhadap arti, dan di situlah munculnya khurafat, tahayyul kebatilan dan kemaksiatan. Mereka hanya mengandalkan kekuatan akal pikiran mereka. Semuanya diukur hanya dengan akalnya. Islam adalah syariat Allah yang tidak identik dengan akal, tetapi Islam adalah tatanan wahyu yang diturunkan oleh Allah yang dapat dipahami secara rasional. Walaupun di dalamnya banyak juga penjelasan-penjelasan ghoibiyah (abstrak) yang harus kita imani dan yakini kebenarannya. Yang semuanya telah jelas patokan dan rujukannya. Apabila ada seseorang yang menyimpang dari itu, berarti telah terjadi penyelewengan, telah terjadi pengkhurofatan dalam memahami agama.

Syikh Husian bin Adham telah menyatakan: "Di dunia ada dua keculasan/penyelewengan; penyelewengan ilmu pengetahuan, dan penyelewengan harta kekayaan". Orang-orang yang ilmunya makin bertambah, tetapi ketaqwaan dan zuhud tidak bertambah bukan berarti dia makin dekat kepada Allah, tetapi makin jauh. Gelar akademis makin bertambah, tetapi pemahaman agamanya sangat picik. Maka terjadi penyalahgunaan dan penyalahpahaman agama. Dan itu yang sangat mengkhawatirkan, sehingga muncullah pemujaan-pemujaan terhadap setan. Bahkan, kecenderungan umat sudah lebih mempercayai tukang ramal dari pada ahli agama. Seperti ketik REG (spasi) JODOH kirim ke nomor bla bla bla... hal itu begitu menjamur di media-media televisi. Sehingga mereka yang dangkal agama dan yang lemah imannya, meyakini bahwa hal itu yang mampu mengubah jalan hidup dan nasibnya. Bahkan istighotsah juga tak luput dari tunggangan semacam ini, yang semula untuk taqorrub kepada Allah, untuk pembersihan hati, tetapi justru yang muncul adalah janji-janji yang bisa membuat lengah dari tujuan utama. Seperti iklan-iklan akan kemakmuran kehidupan, jodoh, rizki dan sebagainya. Ini juga termasuk penyelewengan dalam pemahaman agama karena kepicikan dalam pemahamannya.

Oleh karena itu, ada beberapa hal yang perlu kami ingatkan: Pertama untuk kembali memahami dan berjalan di atas jalan yang benar dan juga seimbang sebagaimana datangnya Islam. Yakni harus kita kembalikan esensi pemahaman kita akan makna al-ihsan sebagaimana kita definisikan "Agar hendaklah anda beribadah kepada Allah seakan-akan kamu melihat Allah, jika kamu tidak mampu, maka yakinlah bahwa Allah sedang mengawasimu". Artinya apa yang lazim dari semua itu anda akan selalu berjalan di atas jalan yang benar. Tidak akan melakukan hal-hal yang aneh dan nyeleneh. Melakukan semua ajaran Islam terhadap apa yang diajarkan.

Kedua, ada kelemahaman dalam memahami keimanan tentang jodoh, rizki, ajal dan lain-lain yang semua ada dalam kekuasaan Allah. Kadang memang kita mengakui semua itu, namun prilaku kita sehari-hari mengingkari hal itu. Sudah kita menghabiskan waktu untuk mencari rizki sebanyak-banyaknya, sepertinya tidak akan pernah mati. Padahal kita diingatkan harus memperbanyak ingat mati, ini bukan berarti kita terus dicekam oleh kematian, tetapi kita harus mempersiapkan bekal kematian itu.

Ketiga, pemahaman yang keliru tentang qadha dan qadar. Seseorang apabila sudah dipastikan kedudukannya, takdirnya dikehendaki oleh Allah, tetapi dia menyesali, diingat terus-menerus, bahkan dia jatuh dan tidak bangkit lagi. Ini karena kesalahpahaman dalam memahami qadha dan qadar. Kita diwajibkan berusaha, hasilnya kita serahkan kepada Allah. Kita diperintahkan melakukan 'sebab' tetapi yang menentukan 'akibat' adalah Allah. Apapun yang Allah beri harus kita terima dengan keihklasan dan keridhaan.

Keempat, hilangnya sami'na wa tho'atan pada diri kita. Al-Quran sudah menyatakan 285: Rasul telah beriman kepada Al Quran yang diturunkan kepadanya dari Tuhannya, demikian pula orang-orang yang beriman. Semuanya beriman kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya dan rasul-rasul-Nya. (Mereka mengatakan): "Kami tidak membeda-bedakan antara seseorangpun (dengan yang lain) dari rasul-rasul-Nya", dan mereka mengatakan: "Kami dengar dan kami taat." (mereka berdoa): "Ampunilah kami ya Tuhan kami dan kepada Engkaulah tempat kembali." Ucapan "kami dengar dan kami taati" itu adalah ucapan para Nabi dan Rasul termasuk juga para auliya'. Tentu kita sebagai pengikut (umat) juga harus menghiasi bibir dan hati kita dengan kata-kata itu, asalkan itu untuk menuju kebaikan kita di dunia dan akhirat. Tanamkan sami'na wa atho'na, saya yakin ini semua akan merubah kehidupan kita dan mudah-mudahan keimanan kita semuanya diberikan nilai tambah oleh Allah SWT. Amin ya rabbal allamin.

Membentuk Keluarga Islami Yang Harmonis

Membentuk Keluarga Islami Yang Harmonis
By: KH Ahmad Thoha, MA



Maha suci Allah yang telah menciptakan makhlukNya berpasang-pasangan. salah satu petunjuk Rasulullah SAW yang patut kita teladani adalah cara beliau membangun rumah tangga. Rasulullah SAW adalah pribadi yang sukses dan cermin dari keluarga Islami, yang benar-benar sakinah, mawaddah dan rahmah. Beliau adalah figur seorang suami yang bertanggung jawab kepada istri dan anak-anaknya. Beliau sosok suami yang menjadi tolak ukur dalam menilai kebaikan seorang suami terhadap istrinya, sebagaimana sabda Rasulullah SAW : khoirukum khoirukum liahlihi wa ana khoirukum liahly, (Sebaik-baik suamidi antara kalian adalah yang paling baik kepada keluarganya, dan aku adalah yang paling baik di antara kalian kepada keluargaku)

Rumah tangga di samping sebagai fitrah, atau sunnatullah, juga merupakan kebutuhan biologis manusia yang akan menentukan kehadirandan kualitas generasi penerus. Keluarga juga cikal bakal dari umat, bangsa dan negara. Maka sungguh indah dan sempurna syariat Islam ketika berbicara tentang rumah tangga, demikian juga al-Quranul Karim memberi perhatian yang sangat besar dari kehidupan berumah tangga. Mulai dari pra nikah, proses nikah, paska nikah, sampai dengan paska kematian yaitu adanya waris. Yang unik lagi rumah tangga juga merupakan bagian dari ibadah kepada Allah SWT sebagaimana sabda Rasulullah SAW "Barang siapa yang telah menunaikan nikah berarti dia telah menunaikan separuh ajaran agama, maka hendaknya ia menyempurnakan sisanya dengan bertaqwa kepada Allah SWT"

Tujuan utama dari sebuah pernikahan telah disebut oleh Allah SWT dalam Al-Qur'an nul Karim surat Ar Rum ayat 21 : litaskunuuillaihaa wajaala bainakum mawada warohmah (supaya kalian cenderung merasa tentram kepada-Nya dan dijadikannnya kalian rasa kasih sayang). Setiap orang merindukan hidup bahagia dalam jalinan sebuah rumah tangga yang sakinah, mawaddah, warohmah.

Bertaqwa kepada Allah adalah awal dari segalanya. Semakin tebal ketaqwa'an, semakin tinggi kemampuannya merasakan kehadiranAllah SWT dalam rumah tangganya. Untuk itu visi utama yang harus dimiliki oleh keluarga muslim yang harmonis adalah Allah Oriented. Kedua,istiqomah dalam beramal soleh. Sosiologi muslim ibnu Khaldun berkata: al insanu madaniun bitoba' (manusia adalah makhluk sosial). Islam memerntahkan segenap manusia untuk berjama'ah dan berlomba dalam berbuat kebaikan, karena orang tidak bisa berbuat sendirian,mereka satu sama lain harus bermitra dalam mencapai kebaikan bersama. Oleh karena itu, rumah tangga yang beruntung adalah rumah tangga yang paling banyak produktifitas kebaikannya. Kaya boleh asal produktif, boleh memiliki rumah banyak dan megah asalkan diniatisebagai sarana meraih berkah Allah SWT.

Mari kita buat visi rumah tangga kita yang setiap waktu produktif dalam amal dan kebaikan. Ketiga, saling menasehati. maknanya adalah menyuruh berbuat kebaikan dan melarang kemungkaran, yaitu mengajak orang lain berbuat kebaikan yang dapat mendekatkan dirinya kepada Allah SWT. Dengandemikian rumah tangga yang beruntung adalah rumaha tangga yang setiap anggota rumah tangga, baik suami istri maupun anak bisa saling menasehati dalam kebenaran dan kesabaran. Inilah seharusnya yang menjadi salah satu visi dan pilar dari keluarga muslim yang harmonis.

Terakhir, ada beberapa pilar yang harus diperhatikan bagi yang merindukan keluarga sakinah dan harmonis. Pertama, calon suami ataupun istriharuslah bibit unggul, sebagaimana sabda Rasulullah SAW, al irku dasas (gen akan sangat berpengaruh pada anak keturunan). Bibit unggul
suami istri didasarkan pada empat kriteria, yaitu agama, rupa, harta dan tahta. Namun aspek agamalah yang paling menentukan, fadzfar bidzatid-diin taribat yadaka, (Kalau kalian pilih agamanya maka beruntunglah kalian). Kedua, adalah proses pernikahannya harus sesuai ajaran Islam. Ketiga, manajemen keluarga yang Qur'ani. Suami bertindak sebagai pemimpin dan presiden rumah tangga, yang berorientasi pada tanggung jawab moral dan materi. Dan istri bertindak sebagai Ibu rumah tangga, harus loyal kepada pimpinan, menjaga diri, harta dan martabat suami serta rahasia keluarga. Penuh dengan sifat keibuan dan kasih sayang kepada semua. Keempat, makanan dan minuman yang halal. Karena Rasulullah pernah bersabda: kullu lahmin nabata min haroomin fannaaru aula bihaa(setiap daging yang tumbuh dari makanan yang haram maka tempat yang pantas adalah di neraka). Kelima, membentengi anak dengan imunisasi total, yakniimunisasi fisik dengan obat medis dan imunisasi rohani dari ancaman dan godaan syaitan. Pra hubungan biologis antara suami dan istrihendaknya diawali dengan doa "Alloohumma jannibnasy-syaiton, wa jaanibisyaitoona maa rozaqtana" (Ya Allah jauhkanlah kami dari setan dan jauhkanlah syetan darianak yang akan Engkau anugerahkan kepada kami). Demikian juga pada saat kelahiran dengan adzan ditelinga kanan, iqomah di telinga kiri.Kemudian paska kelahiran dengan aqiqoh shadaqoh dan infak. Keenam, memerankan Bapak dan Ibu sebagai pendidik pertama dan utama, sekaligus sebagai teladandan idola anak dengan menjaga dan memelihara fitrah anak yang bertauhid dengan menanamkan aqidah syariah dn akhlak. Kemudian mendidik dan membiasakan shalat berjamaah di masjid. Selanjutnya menghiasi rumah dengan shalat dan bacaan Al-Qur'an, serta memotivasi untuk cintakepada ilmu dan gemar membaca. Membiasakan berdoa, berinfak, bershodaqoh serta peduli kepada fakir miskin dan anak-anak yatim.Selanjutnya memilih lembaga pendidikan yng menjanjikan iman, ilmu dan amal. Ketujuh, mengkondisikan iklim keluarga yang gemar musyawarah, gemar memberi, gemar memohon ma'af dan pandai berterimakasih. Kedelapan, mereferensi dan merujuk semua permasalahan hukum kepada al-Quranul Karim dan al-Sunnah sebagai sumber hukum ilahi. Kesembilan, selalu berwasiat dalam kebaikan, kebenaran, kesabaran dan ketaqwaan khususnya dalam hal ibadah. Sebagaimana dicontohkan para ambiya' terdahulu, sepertiNabi Ibrahim dan Nabi Ya'kub: maa ta'buduuna min ba'dii (apa yang akan kamu sembah anakku sepeninggalku). Kesepuluh, membiasakan dengan amal-amal sunnah antara lainshalat sunnah rawatib, qabliyah maupun ba'diyah, shalat sunnah tahiyyatal masjid, shalat sunnah Dhuha, shalat malam maupun tahajjud, puasa sunnah Senin dan Kamis,serta berbakti kepada orang tua, berbuat baik kepada tetangga, hormat kepada tamu. Semua pilar-pilar tersebut apabila kita implementasikan dalam kehidupan keluarga kita, maka tidak mustahil, akan terwujud dengan nyata, keluarga yang sakinah, mawaddah dan warahmah. Amin ya rabbal allamin.

Akhlak Mulia Adalah Misi Utama Rasulullah

Akhlak Mulia adalah Misi utama rasulullah

(oleh: KH umar fanani)


Di antara sekian banyak rahmat dan karunia yang dilimpahkan Allah, kepada umat manusia di jagat raya ini adalah kehadiran Rasulullah SAW di tengah-tengah kita. Allah SWT berfirman dalam surat al Anbiya' : 107 yang maknanya: Dan tiadalah Kami mengutus kamu, melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi semesta alam.

Rahmat adalah karunia Allah yang mendatangkan manfaat ketenangan, ketentraman, dan kebahagiaan hidup kita. Rahmat memang bertingkat-tingkat. Ada yang kecil, sedang dan ada yang besar. Kehadiran Rasulullah SAW dengan membawa ajaran Ilaahi, yang akan menegakkan akhlakul karimah, merupakan nilai-nilai yang sangat luhur, karena akhlak yang dibawa oleh Rasulullah SAW bukan saja sesuai dengan fitrah manusia, tetapi juga sesuai dengan fitrah kehidupan alam semesta ini. Akhlak yang sempurna dan lengkap yang diridhoi oleh Allah SWT, maka akhlak Rasulullah adalah ajaran Islam itu sendiri. Kalau Islam dinyatakan oleh Allah SWT, sebagai agama yang sempurna dan satu-satunya agama yang diridhoi oleh Allah, maka akhlak Rasulullah pun demikian.

Suatu ketika 'Aisyah, istri Rasulullah ditanya oleh sahabat beliau tentang akhlak Rasulullah. 'Aisyah menjawab: "Kaana khuluquhul quran" (akhlak beliau adalah ajaran-ajaran Al-Quran). Jadi Rasulullah SAW adalah teladan manusia Qur'any. Kalau kita ingin melihat Al-Qur'an hidup, Al-Qur'an berjalan adalah pada diri Rasulullah SAW. Oleh karena itu, kalau ingin meneladani akhlak Rasulullah, tentu harus mempelajari sirah nabawiyah, (perikehidupan rasulullah). Allah SWT telah menyatakan tentang keluhuran akhlak beliau, sebagaimana diterangkan dalam surat al-Qolam : 4 "wa innaka la'alaa khuluqin 'azhiim" (dan sungguh kamu benar-benar berbudi pekerti yang Agung). Dalam sejarah bangsa Arab yang dikenal dengan bangsa yang mengembangkan nilai-nilai jahiliyah, nilai-nilai hidup yang didominasi oleh nafsu syaithoniyah. Mereka menyembah berhala, menyembah selain Allah SWT. Berbagai kemaksiatan dan kezaliman merajalela di tengah-tengah masyarakat tersebut. Namun demikian, nurani mereka tetap mengakui adanya akhlak yang terpuji, mereka menghargai dan segan terhadap Rasulullah SAW, yang saat itu, masih muda belia, saat beliau belum diangkat sebagai utusan pada usia yang ke 35, saat masyarakat telah mengenal siapa Muhammad, dengan segala perangainya yang luhur, budi pekerti yang penuh kebaikan; amanah, jujur, lemah lembut. Yang sangat menonjol adalah keamanahan beliau, sehingga masyarakat jahiliyah saat itu memberikan gelar kepada beliau dengan gelar al-amin (orang yang terpercaya). Sepanjang yang saya ketahui tidak ada manusia yang pernah memperoleh gelar dari masyarakatnya sendiri, maupun dari tokoh bangsawannya, melainkan Rasulullah SAW.


Kita ingin mengetahui sedikit bagaimana perjuangan rasulullah dalam mengubah masyarakat jahiliyah menjadi Islamiyah yang berakhlakul karimah. Umat yang memiliki nilai-nilai kehidupan yang luhur, yang datang dari ALLah. Kondisi masyarakat yang hancur moral dan akhlaknya yang digambarkan oleh Al-Qur'an dalam surat Ali -Imran ayat 103, dimana kondisi mereka hampir-hampir hancur dan tenggelam ke dalam neraka.

Jadi akhlak Rasulullah adalah ajaran Islam itu sendiri, bagaimana berakhlak terhadap Allah, berakhlak terhadap sesama, berakhlak terhadap rekan-rekannya, juga bagaimana akhlak Rasulullah dengan istri dan keluarganya.

Di antara akhlak Rasulullah terhadap Allah SWT, 'Aisyah menceritakan: Suatu ketika ditengah malam 'Aisyah merasa kehilangan Rasulullah ditempat tidurnya, setelah diraba-raba, tidak ditemukan, ternyata dijumpainya beliau sedang shalat. Usai shalat, 'Aisyah bertanya: "Ya Rasulullah Anda adalah orang yang sudah dijamin oleh Allah dengan surgaNya, Anda juga ma'shum (terjaga dari dosa), diampuni oleh Allah, namun kenapa anda terus melakukan shalat sampai nyaris, kaki anda bengkak? Beliau menjawab: afala uhibba, an akuuna 'abadan syakuuraa (apakah aku tidak senang, kalau aku berpredikat sebagai hamba Allah yang pandai bersyukur?).
Jadi, cara bersyukur Rasulullah adalah dengan mengabdi dan beribadah kepada Allah dengan sebanyak-banyaknya. Lalu bagaimana dengan kita, yang dosanya senantiasa bertambah, sementara jaminan surga juga tidak ada?

Ibnu Umar juga pernah menanyakan kepada 'Aisyah: "Ya 'Aisyah! beritahukan kepadaku hal-hal yang menakjubkan pada diri Rasullulah SAW yang pernah engkau saksikan". 'Aisyah sambil menangis menjawab: "Kullu amrihi kaana 'ajaban" (semua urusan Rasulullah, semua hal ikhwal beliau sangat mengagumkan). Suatu malam aku mnedatangi beliau karena memang malam itu giliranku. Aku menjumpai beliau, kulitku besentuhan dengan kulit beliau, kemudian beliau bekata: "Dzarinii ata'abbadu lirobbi 'azza wajalla" (biarkan aku beribadah kepada Tuhanku yang Maha perkasa. 'Aisyah pun berkata: walloohi inii uhibbu an ta'budalloh (sungguh demi Allah aku senang melihat engkau mendekatkan diri kepada Allah untuk beribadah). Selanjutnya diceritakan, Rasulullah pun kemudian turun mengambil air wudlu, mempergunakan air secukupnya. Menjelang subuh dia bangkit untuk menunaikan shalat qoblal fajar, beliau menangis sehingga dagunya basah, ketika sujud beliaupun menangis sehingga tempat sujudnya basah. Lalu beliau berbaring menunggu waktu subuh, beliau tetap menangis, sampai bilal, sang muadzin datang memberitahukan bahwa waktu subuh telah datang. Kemudian bilal melihat wajah Rasulullah bengkak, sembab. Dan bilal pun bertanya: Ya Rasulullah maa yabkiika, wa qod ghofarolloohu laka maa taqoddama min dzanbika wa maa ta-akh-khoro" (wahai baginda Rasul, mengapa anda menangis? Bukankah Allah telah mengampuni segala dosa anda yang dahulu maupun yang akan datang). Beliau menjawab: "Waihaka yaa Bilal, wa maa yamna'unii 'an 'abdi, waqod anzalalloohu 'alaiyya fii hazihil lailaa" (Wahai Bilal, celakalah, mengapa aku tidak menangis, padahal malam ini, Allah telah menurunkan kepadaku firmanNya (surat Ali-Imran ayat: 190) "Sungguh dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal". Kemudian Rasulullah bersabda: "Wailun liman qoroaha, walam yatafakkar fiiha (sungguh celaka orang yang membacanya tanpa memikirkan maknanya). Demikian secuil dari akhlak Rasulullah terhadap Allah SWT.

Kemudian Anas bin Malik menceritakan bahwa dia bersama Rasulullah untuk mengabdi hampir 10 tahun. Selama itu Rasulullah tidak pernah menegurnya dengan cara yang kasar. Kalau dia tidak melakukan sesuatu, Rasul pun tidak bertanya mengapa engkau tidak melakukan itu, kalau dia tidak melakukan sesuatu, Rasulullah juga tidak menegurnya mengapa engkau tidak begini dan begitu. Beliau tidak menegur dengan cara yang kasar, beliau sangat lemah lembut. Itulah sekilas gambaran sifat Rasulullah sehingga mengapa beliau diberi gelar al-amin.


Note.
Mohon ma'af dan koreksinya jika ada kesalahan dalam pengutipan ayat-ayat Al-Qur'an di atas. Tulisan ini saya retype ulang dari selebaran dakwah Masjid Al-Akbar surabaya